5 September 2022

Panduan Memahami Agile Methodology untuk Pemula

Perkembangan industri teknologi melahirkan suatu metode kerja baru bernama Agile Methodology. Metode ini telah diimplementasikan oleh banyak perusahaan karena dinilai dapat meningkatkan performa lebih efektif dan efisien.

Agile methodology pada dasarnya merupakan salah satu jenis metode pengembangan software, yang umumnya disebut sebagai Software Development Life Cycle (SDLC). Metode ini menggunakan proses pengerjaan yang dilakukan secara berulang. Artinya, mulai dari konsep, aturan, serta solusi yang telah disepakati dijalankan melalui kolaborasi antar tim secara terorganisir dan terstruktur.

Core value dari Agile Methodology adalah memungkinkan tim pengembangan software untuk bekerja secara cepat, terprediksi dan kualitas hasil yang baik untuk merespons perubahan. Metode ini merupakan model pengembangan software jangka pendek, yang memerlukan respons cepat terhadap perubahan.

Jenis Agile Methodology

Dalam Agile Methodology, terdapat beberapa jenis metode yang digunakan, antara lain:

1. Adaptive Software Development (ASD)

2. Agile Modelling (AM)

3. Crystal

4. Dynamic System Development Method (DSDM)

5. Extreme Programming (XP)

6. Feature Driven Development (FDD)

7. Rational Unified Process

8. Scrum Methodology

Dari delapan jenis Agile Methodology ini, ASD, DSDM, XP, dan Scrum menjadi metode yang paling sering digunakan. Umumnya, startup dan korporasi besar menjalankan metode Scrum untuk pengembangan software.


Baca Juga: 8 Rekomendasi Project Management Tools Terbaik yang Dibutuhkan Para Manager

Manfaat Agile Methodology

Agile Methodology memiliki 12 prinsip, yang di dalamnya terkandung manfaat yang bisa diraih oleh perusahaan yang menerapkannya. 12 prinsip tersebut antara lain:

1. Customer Satisfaction

Melalui Agile Methodology, pelanggan atau klien akan lebih puas, karena menerima fitur yang didapatkan melalui proses berkala ketimbang menerima hasil jadi di akhir proses.

2.Mengakomodasi Perubahan

Karena Agile Methodology memiliki sifat berulang dan digunakan untuk merespon perubahan, maka hal ini memberi keuntungan tersendiri untuk customer/client. Sebab, software yang dikembangkan sudah menyesuaikan terhadap kondisi. Jika hanya menerima hasil akhir, tentu software yang diserahkan hanya berdasarkan konsep awal dan tanpa memasukkan variabel kondisi yang sudah berjalan.

3. Frequent Delivery

Agile Methodology memungkinkan perusahaan untuk mempresentasikan atau memberikan fitur-fitur software yang sudah bisa dijalankan oleh client. Ini menjadi salah satu value yang penting, karena client bisa langsung menggunakan fitur tersebut untuk bisnisnya.

4. Memperkuat Kolaborasi

Karena Agile Methodology memerlukan koordinasi antar tim, maka akan tercipta kolaborasi dalam proses pengembangan software. Hal ini akan membuat semua anggota tim mengetahui perkembangan dalam sebuah proyek atau produk.

5.Memotivasi Setiap Anggota Tim

Kolaborasi antar tim dalam Agile Methodology membuat setiap anggota tim saling memotivasi, sehingga kinerja tim secara umum akan menjadi lebih produktif. Ini timbul secara alamiah, karena jika ada anggota tim yang bersikap egois maka hal tersebut justru akan menjadi bumerang, karena kinerja menjadi terhambat.

Baca Juga: Bahaya Ransomware yang Menyasar Perusahaan Besar

6. Efektif

Penyampaian informasi dalam pengembangan software akan jauh lebih efektif, karena dilakukan secara berkala dengan tatap muka langsung. Tatap muka di sini tidak selalu diartikan sebagai pertemuan fisik, melainkan juga pertemuan virtual yang memungkinkan setiap anggota tim memaparkan perkembangan dari tugas yang sudah diberikan.

7. Menciptakan Konsistensi

Agile Methodology mampu membangun ritme kerja konsisten dalam pengembangan software. Sebab, dalam setiap pertemuan anggota tim akan memberikan hasil kerja yang sudah disepakati sebelumnya, serta diiringi dengan catatan jika ada variabel tertentu yang harus ditambahkan.

8. Menciptakan Komitmen dan Tanggung Jawab

Kolaborasi antar tim yang dilakukan secara berkala melalui Agile Methodology, akan memungkinkan terciptanya tempo kerja yang produktif dan terstruktur. Komitmen dari masing-masing anggota tim pun akan terbentuk secara alamiah, karena adanya komunikasi yang berkelanjutan.

9. Cara Kerja Terfokus

Melalui Agile Methodology, tim pengembangan software akan fokus dalam mengembangkan dan menghasilkan value dalam sebuah produk. Customer/client pun dapat memberikan feedback, sehingga hasil yang dicapai sesuai keinginan.

10. Self Organizing

Setiap tim yang terlibat dalam pengembangan produk atau software akan mendapatkan kebebasan untuk mengatur anggotanya. Ini dapat terwujud karena tim yang dimaksud mengetahui cara terbaik untuk menjalankan pekerjaan yang menjadi bagiannya.

11. Membangun Inisiatif

Setiap tim yang terlibat dalam pengembangan software akan mewujudkan sifat inisiatif untuk mencapai hasil yang diharapkan. Ini dapat dicapai karena melalui Agile Methodology, setiap tim dapat terus melakukan self-improvement melalui pertemuan berkala.

12. Menghadirkan Hasil Akhir yang Maksimal 

Penerapan Agile Methodology memungkinkan suatu perusahaan atau startup untuk menghasilkan produk akhir yang maksimal. Sebab, produk jadi yang dihasilkan merupakan buah dari progress yang didapatkan secara berkala.

Kesimpulannya, Agile Methodology akan mampu menghadirkan proses pengembangan software dengan waktu relatif singkat, dengan resources yang tidak terlalu besar. Selain itu, metode ini juga mampu menjawab atau merespons perubahan secara cepat sesuai dengan kebutuhan client.

Namun agar Agile Methodology dijalankan dengan tepat, dibutuhkan komitmen yang tinggi dari setiap tim yang terlibat. Ini termasuk setiap anggota yang berada di masing-masing tim tersebut. Selain itu, metode ini juga akan tidak efektif apabila dikerjakan oleh tim dengan jumlah anggota besar, misalnya lebih dari 20 orang, karena akan menyulitkan ketika melakukan koordinasi.

Kemudian, karena dimaksudkan untuk merespon perubahan secara cepat, maka setiap anggota tim dituntut untuk memiliki kompetensi yang mumpuni, dengan mental tahan banting pula.

Baca Juga: Seperti Apa Tren Teknologi Industri Tahun 2022 Nanti?

Penerapan Agile Methodology

Penerapan Agile Methodology dapat dilakukan dengan beberapa langkah, antara lain:

  1. Secara berkala melakukan pertemuan dengan product owner untuk memvalidasi ide atau pekerjaan. Selain melalui pertemuan, komunikasi juga dilakukan secara online (dapat melalui e-mail maupun pesan singkat seperti WhatsApp atau aplikasi komunikasi sejenis) dengan product owner.
  2. Bekerja dengan berkumpul dan tatap muka. Jika kondisi tidak memungkinkan seperti keadaan saat ini, maka cara kerja dilakukan melalui forum atau aplikasi pertemuan untuk membahas proyek yang dijalankan.
  3. Secara terjadwal melakukan daily meeting, untuk memaparkan progres pekerjaan yang sudah ditetapkan atau dipetakan dalam rapat konsep.
  4. Setiap anggota tim diharapkan saling mendukung, memotivasi, dan mempercayai satu sama lain. Ini penting dijalankan demi menciptakan iklim atau atmosfer kerja yang positif, sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara produktif.

Empat langkah ini merupakan dasar-dasar yang bisa diterapkan dalam tiap jenis Agile Methodology. Pengembangan dalam penerapannya tentu bergantung dari kesepakatan antara client atau product owner, dengan tim pengembang software.

Berikut ini contoh pengembangan penerapan Agile Methodology yang mungkin bisa diterapkan: 

  1. Melakukan sprint planning, untuk menentukan backlog yang ingin dikerjakan dan breakdown task untuk assignment masing-masing anggota tim.
  2. Melakukan fase sprint dengan panjang waktu kurang lebih 2 minggu. Jumlah sprint yang dilakukan yaitu sebanyak 6.
  3. Melakukan daily meeting, agar tiap anggota tim dapat melaporkan perkembangan dan mengetahui perkembangan fitur yang dikerjakan. Pembahasan yang dilakukan adalah seputar progres setiap tugas dan memastikan apakah ada mempertanyakan tugas yang memerlukan perhatian lebih. Variabel baru menjadi salah satu pokok pembahasan yang bisa dilakukan saat daily meeting
  4. Melakukan review setiap sprint berakhir. Ini dilakukan sebagai bentuk komitmen kepada product owner, karena di sini tim pengembangan software akan memaparkan progres yang sudah dilakukan kepada product owner untuk dinilai apakah memenuhi requirements yang diberikan.
  5. Melakukan sprint retrospective, untuk menilai kinerja setiap anggota tim. Ini dilakukan untuk memastikan sprint selanjutnya dapat berjalan lebih efektif, dan efisien.


Penting diperhatikan, bahwa Agile Methodology sangat mengutamakan nilai interaksi dan personal. Artinya, aspek komunikasi menjadi aspek kunci dalam pengembangan produk. Tanpa adanya interaksi antar personel, proses pengembangan proyek tidak akan terjadi.

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya