27 September 2023

Penerapan Lean Manufacturing untuk Mencapai Kinerja Optimal Perusahaan

Mengoptimalkan kinerja perusahaan bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan memperbaiki dan melakukan improvement pada proses produksi yang dimiliki. Peningkatan ini bisa dilakukan dengan menerapkan berbagai teknik manufaktur, utamanya metode lean manufacturing, yang menekankan kepada pengurangan pemborosan, sehingga proses produksi menjadi lebih lean atau ramping. Apa itu metode lean manufacturing dan bagaimana teknik ini bisa mengoptimalkan kinerja perusahaan?


Pengertian Lean Manufacturing

Sesuai namanya, lean manufacturing atau disebut juga metode produksi ramping merupakan teknik produksi barang, di mana perusahaan akan berupaya agar proses produksi bisa dilakukan dengan seefisien mungkin, sehingga menghindari adanya pemborosan. Lean manufacturing dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber daya secara efektif, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi adanya sumber daya yang terbuang percuma. 

Tujuan dilakukannya lean manufacturing adalah untuk menciptakan nilai yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan tanpa melibatkan penambahan-penambahan yang tidak perlu, sehingga perusahaan dapat memperoleh nilai ekonomis pada proses produksi. Maka dari itu, teknik ini disebut sebagai “lean yang berarti “ramping”.


Sejarah Lean Manufacturing

Sejarah lean manufacturing dimulai pertama kali pada tahun 1940-an di Jepang, tepatnya dilakukan oleh perusahaan Toyota Motor Corporation. Awalnya metode ini dikenal dengan nama Toyota Production System (TPS), kemudian teknik TPS ini menjadi dasar dari teknik lean manufacturing yang kita kenal saat ini. 

TPS dilakukan oleh Toyota setelah terjadinya Perang Dunia II karena pada saat itu, Toyota berada dalam kondisi ekonomi yang sulit dengan sumber daya yang terbatas. Situasi ini kemudian mendorong Toyota untuk mencari cara untuk mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi produksi.

Toyota pun mulai melakukan studi yang mendalam mengenai teknik produksi yang dilakukan oleh negara-negara di Amerika. Kemudian, Toyota mengadopsi hasil studi tersebut dan menghasilkan teknik TPS yang menjadi dasar dari metode lean manufacturing.

Pada tahun 1950-an, seorang insinyur di Toyota bernama Taiichi Ohno melakukan pengembangan lanjutan terhadap prinsip-prinsip pada teknik lean manufacturing. Ohno berhasil mengidentifikasi beberapa pemborosan yang terjadi dalam sistem yang sudah ada, seperti adanya persediaan produk yang berlebih, adanya waktu tunggu, serta terjadinya cacat produk dalam proses produksi. Ohno kemudian mengembangkan metode Just-In-Time (JIT) dan menerapkan filosofi Kaizen untuk menghilangkan adanya pemborosan ini.

Pada tahun 1970-an, sistem produksi Toyota mulai mendapatkan perhatian dari lingkup internasional melalui buku berjudul "The Machine That Changed the World" yang ditulis oleh James P. Womack, Daniel T. Jones, dan Daniel Roos. Dalam buku tersebut, dibahas mengenai konsep lean manufacturing yang dilakukan oleh Toyota, serta berbagai keunggulan sistem produksi Toyota yang mampu menghasilkan produk berkualitas menggunakan biaya yang relatif rendah dengan waktu yang relatif singkat. Sejak saat itu, prinsip-prinsip lean manufacturing mulai diadopsi oleh perusahaan di berbagai sektor industri di seluruh dunia.

Saat ini, teknik lean manufacturing masih terus mengalami perkembangan dengan adanya penambahan teknologi serta berbagai pendekatan baru, seperti penerapan digitalisasi dan konsep Industri 4.0. Pengembangan ini tentunya memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan yang lebih kompetitif dan lebih efisien.


Prinsip Lean Manufacturing

Terdapat beberapa prinsip yang diterapkan dalam proses lean manufacturing, yaitu:

  • Setiap produk harus memiliki value stream mapping.
  • Nilai produk ditentukan berdasarkan sudut pandang pelanggan.
  • Sumber daya berupa material maupun informasi harus dikelola sedemikian rupa agar efisien.
  • Menekan adanya pemborosan pada seluruh aktivitas produksi.
  • Selalu melakukan improvement agar perusahaan bisa mencapai hasil yang lebih efektif dan efisien dari sebelumnya, utamanya dari segi teknik dan tools.


Jenis-Jenis Pemborosan pada Lean Manufacturing

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, lean manufacturing berusaha untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan adanya pemborosan pada proses produksi. Pemborosan ini meliputi delapan jenis, yaitu sebagai berikut:


1. Defects (Kerusakan Produk)

Jenis pemborosan yang pertama adalah defects yang berarti kerusakan atau kecacatan produk. Defects biasanya terjadi akibat adanya kesalahan informasi atau kesalahan teknis tertentu, sehingga produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan kualitas yang seharusnya. Defects tergolong dalam pemborosan karena akan memakan waktu dan biaya tambahan untuk melakukan rework atau pengerjaan ulang.


2. Overproduction (Produksi Berlebih)

Pemborosan kedua yaitu overproduction atau produksi barang berlebih. Produksi barang dikatakan berlebih apabila jumlah produk yang diproduksi melebihi jumlah yang dibutuhkan. Overproduction dapat menyebabkan stok barang di gudang menjadi menumpuk dan menimbulkan resiko stok barang tidak terjual habis. Overproduction sebaiknya dihindari terutama oleh perusahaan yang bergerak di bidang F&B (food & beverages) karena produk makanan umumnya memiliki batas kadaluarsa yang tidak lama.


3. Waiting Time (Waktu Tunggu)

Pemborosan berikutnya adalah waiting time atau waktu tunggu. Waiting time biasa terjadi apabila terdapat banyak tahapan dalam proses produksi suatu barang. Perusahaan harus bisa mengelola waktu sebaik mungkin agar tidak banyak waktu tunggu yang terbuang saat produk beralih dari satu tahapan produksi ke tahapan berikutnya. 


4. Non Utilized Talent (Talenta yang Tidak Terpakai

Non utilized talent merupakan pemborosan di mana talenta, pengetahuan, atau skill yang dimiliki oleh karyawan tidak terpakai atau tidak dimanfaatkan dengan baik. Misalnya, sebuah perusahaan memiliki 100 orang karyawan yang bekerja di bagian produksi tahap A, padahal sebenarnya produksi tahap A bisa dilakukan oleh 70 orang saja. Dengan begitu, 30 orang ini seharusnya bisa dialihkan untuk mengerjakan pekerjaan di tahapan produksi yang lain.


5. Transportation (Transportasi)

Transportasi juga bisa termasuk ke dalam pemborosan. Transportasi yang dimaksud di sini meliputi unnecessary movements atau pemindahan yang tidak perlu atas suatu produk atau bahan material. Perusahaan perlu menyesuaikan denah serta lokasi dari pabrik dan gudang yang dimiliki, supaya produk dan bahan material tidak terlalu banyak memerlukan perpindahan yang memakan waktu dan biaya pengiriman saat melalui proses produksi.


6. Motion (Pergerakan)

Motion yang dimaksud di sini adalah unnecessary movements by people atau pergerakan tidak perlu yang dilakukan oleh orang (karyawan), seperti karyawan berjalan atau berlari. Masih berkaitan dengan pemborosan transportasi, perusahaan harus menyesuaikan denah dari pabrik dan gudang yang dimiliki, agar karyawan tidak terlalu banyak melakukan perpindahan atau pergerakan dari satu stasiun produksi ke stasiun produksi lain.


7. Inventory (Inventaris)

Pemborosan yang ketujuh yakni inventory atau inventaris. Inventaris di sini meliputi adanya produk atau bahan material berlebih, yang tidak segera diproses dan hanya tersimpan di gudang. Bahan material yang terlalu lama disimpan dan tidak segera diproses dapat mengalami kerusakan atau penurunan kualitas.


8. Extra Processing (Pemrosesan Ekstra)

Jenis pemborosan yang terakhir yaitu extra processing atau pemrosesan ekstra. Pemrosesan ekstra meliputi adanya pekerjaan tambahan yang dapat menimbulkan value berlebih, di mana value tersebut sebenarnya tidak dibutuhkan oleh pelanggan. 


Manfaat Lean Manufacturing

Manfaat yang dapat diperoleh perusahaan apabila menerapkan lean manufacturing dalam proses produksinya antara lain:

  • Membuat aktivitas operasional perusahaan menjadi lebih efisien.
  • Meningkatkan kualitas barang hasil produksi sesuai kebutuhan dan keinginan pelanggan.
  • Mengoptimalkan penggunaan waktu, baik waktu yang digunakan dalam proses produksi maupun pengiriman produk.
  • Mengurangi biaya produksi dengan memangkas pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu. 
  • Meningkatkan responsivitas perusahaan terhadap adanya perubahan kebutuhan dari pelanggan.
  • Memberdayakan dan meningkatkan keterlibatan karyawan.
  • Menciptakan lingkungan kerja yang lebih terorganisir dan efektif.


Demikian penjelasan mengenai lean manufacturing, meliputi pengertian, sejarah, prinsip, hingga manfaat. Melalui penjelasan tersebut, terbukti bahwa lean manufacturing dapat membawa dampak positif yang besar bagi perusahaan di berbagai bidang, terutama dalam mengoptimalkan proses produksi barang. 

Selain itu, dengan menerapkan lean manufacturing, perusahaan bisa meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan, sehingga dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Perusahaan juga bisa meningkatkan kualitas barang yang diproduksi sehingga memiliki keunggulan kompetitif dibanding kompetitor.

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya