29 November 2023

Solusi Mengurangi Downtime Produksi untuk Produktivitas yang Lebih Baik

Salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh industri adalah risiko terjadinya downtime produksi. Adanya downtime dalam proses produksi dapat menimbulkan kerugian, utamanya dalam hal produktivitas dan efisiensi perusahaan. Downtime produksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kerusakan mesin, manajemen yang kurang baik dalam proses produksi, hingga human error. Dalam artikel ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai downtime produksi, faktor-faktor penyebabnya, hingga solusi dan strategi yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengurangi resiko downtime produksi. Simak selengkapnya berikut ini.


Apa Itu Downtime Produksi?


Downtime produksi adalah periode di mana fasilitas atau sistem produksi tidak beroperasi atau gagal memproduksi barang dan layanan sesuai standar. Downtime bisa disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya yaitu perbaikan mesin, masalah teknis, kegagalan peralatan, pemeliharaan rutin, gangguan listrik, atau masalah lainnya yang dapat mengganggu atau bahkan menghentikan proses produksi.


Downtime produksi dapat mengakibatkan beberapa dampak negatif bagi produktivitas dan efisiensi perusahaan, seperti adanya penurunan output produksi, keterlambatan pengiriman produk kepada pelanggan, biaya tambahan untuk perbaikan atau pemeliharaan, serta pengurangan pendapatan karena tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan manajemen downtime produksi agar bisa meminimalisir dampak negatif tersebut.


Faktor Penyebab Downtime Produksi


 Beberapa faktor penyebab downtime produksi meliputi:


1. Sumber Daya Manusia


 Downtime produksi seringkali disebabkan oleh faktor sumber daya manusia, termasuk kelelahan karyawan karena beban kerja berlebihan dan kurangnya keterampilan karyawan yang sesuai dengan standar perusahaan. Hal ini menyebabkan produktivitas karyawan tidak optimal sehingga menyebabkan downtime produksi.


2. Strategi Perusahaan


Faktor berikutnya yang dapat mempengaruhi downtime produksi yaitu strategi perusahaan terkait hal-hal yang berhubungan dengan proses produksi, seperti replacement decision, procurement system, inventory management and control, serta maintenance policies. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi kelancaran proses produksi dan mengakibatkan downtime apabila strategi yang diterapkan kurang tepat.


3. Proyek Perusahaan


Selanjutnya yaitu faktor proyek perusahaan, yang meliputi hal-hal seperti ketersediaan resource proyek, rental facility, lokasi pelaksanaan proyek, dan sophistication level dari suatu proyek. Proyek yang lebih rumit memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami downtime dibandingkan dengan proyek yang lebih sederhana. Selain itu, pengalaman perusahaan dalam meng-handle suatu proyek juga dapat berpengaruh pada ada tidaknya downtime produksi.


4. Lokasi Perusahaan


Lokasi perusahaan juga berpengaruh terhadap downtime produksi. Apabila lokasi perusahaan memiliki kondisi yang kurang mendukung, maka kemungkinan terjadinya downtime tentu lebih besar dibandingkan jika perusahaan berada di lokasi yang lebih strategis.


5. Equipment


Faktor berikutnya yang dapat mempengaruhi downtime produksi adalah equipment atau peralatan dan kelengkapan yang dibutuhkan dalam proses produksi. Faktor equipment di sini meliputi usability, complexity, age, serta type and quality dari seluruh equipment yang digunakan. Produksi yang menggunakan equipment lebih kuno cenderung lebih beresiko mengalami downtime akibat mesin mengalami macet atau kerusakan dikarenakan umur mesin yang sudah tua. 


6. Management Actions


Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi downtime produksi adalah management actions dari perusahaan, utamanya yang bersangkutan dengan proses produksi, seperti keputusan perusahaan apabila terdapat kerusakan mesin, manajemen perusahaan dalam kegiatan operasional produksi, dan manajemen perusahaan dalam mengatur resource produksi. Kemampuan manajemen yang kurang baik dari perusahaan dapat meningkatkan resiko terjadinya downtime pada proses produksi.


Baca juga: Kenali Discrete Manufacturing untuk Memproduksi Unit-Unit Terpisah


Kerugian Akibat Downtime Produksi


 Downtime produksi dapat berakibat pada berbagai kerugian bagi perusahaan, termasuk:


1. Penurunan Produktivitas


Downtime produksi dapat mengakibatkan berhentinya proses produksi sehingga tidak ada barang atau layanan yang diproduksi selama periode tersebut. Hal ini mengakibatkan penurunan produktivitas dan pengurangan output yang dapat berpengaruh pada pendapatan perusahaan.


2. Keterlambatan Pengiriman


Downtime produksi yang panjang atau berulang dapat menyebabkan adanya keterlambatan dalam pengiriman produk kepada pelanggan. Hal ini dapat merusak reputasi perusahaan maupun kepercayaan dan loyalitas pelanggan. Perusahaan juga bisa kehilangan pelanggan dan kemungkinan pesanan di masa mendatang.


3. Biaya Tambahan


Adanya downtime produksi juga dapat memunculkan biaya tambahan untuk memperbaiki dan memelihara peralatan atau sistem yang rusak. Selain itu, ada pula biaya tambahan yang berkaitan dengan waktu serta sumber daya yang digunakan untuk mengatasi masalah downtime.


4. Hilangnya Kesempatan Bisnis


Downtime produksi juga dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan bisnis karena perusahaan tidak bisa memenuhi permintaan pelanggan atau pesanan yang muncul selama periode perbaikan downtime.


5. Peningkatan Stres bagi Karyawan


Downtime produksi yang berulang dapat menyebabkan stres pada karyawan, terutama bagi karyawan yang bertanggung jawab langsung atas proses produksi pada perusahaan.


Solusi Mengurangi Downtime Produksi


 Berbagai strategi dan solusi dapat diterapkan oleh perusahaan dan industri untuk mengurangi downtime dalam proses produksi.


1. Pemeliharaan Peralatan Produksi


Strategi yang bisa dilakukan untuk mengurangi downtime produksi adalah dengan melakukan perawatan dan pemeliharaan pada peralatan atau mesin produksi secara rutin. Perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan secara berkala dapat mencegah terjadinya kerusakan atau kegagalan yang tidak terduga pada mesin. Hal ini tentunya dapat mengurangi kemungkinan terjadinya downtime produksi.


2. Monitoring dan Analisis Kinerja


Perusahaan juga perlu melakukan monitoring dan analisis kinerja secara real-time untuk memantau bagaimana proses produksi berlangsung di perusahaan. Hal ini dapat memungkinkan perusahaan untuk mendeteksi potensi masalah atau kerusakan secara lebih dini, sehingga dapat segera diatasi sebelum masalah semakin melebar dan menyebabkan downtime.


3. Pelatihan Karyawan Berkala


Perusahaan bisa memberikan pelatihan yang memadai secara berkala kepada karyawan yang berhubungan langsung dengan pekerjaan terkait produksi, seperti operator dan staf teknis. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa karyawan memiliki pengetahuan dan skill yang cukup dalam kegiatan operasional produksi, hingga kemampuan problem solving dasar apabila muncul masalah dalam proses produksi.


4. Perencanaan Produksi yang Efisien


Perusahaan juga perlu menyusun jadwal produksi yang lebih efisien dan fleksibel, sehingga dapat membantu menghindari adanya masalah dalam penggunaan mesin serta meminimalisir adanya potensi downtime produksi.


5. Stok Bahan Baku dan Suku Cadang yang Cukup


Strategi berikutnya yang bisa dilakukan untuk mengurangi downtime produksi adalah memastikan ketersediaan stok yang cukup dari bahan baku serta suku cadang mesin yang dibutuhkan dalam proses produksi. Hal ini dapat mencegah berhentinya proses produksi akibat kekurangan material.


6. Persiapan Rencana Khusus untuk Kondisi Darurat


Perusahaan perlu menyiapkan rencana khusus yang bisa dilakukan dalam kondisi-kondisi darurat. Adanya perencanaan ini memungkinkan perusahaan untuk bergerak dan merespon dengan lebih cepat saat terjadi masalah. Dengan begitu, perusahaan tidak akan memakan terlalu banyak waktu untuk mengatasi masalah yang muncul. Perencanaan ini dapat disusun dari observasi permasalahan yang sering muncul berdasarkan teori maupun berdasarkan kegagalan yang pernah dialami perusahaan di masa lalu.


7. Investasi dalam Teknologi dan Peralatan yang Lebih Canggih


Solusi terakhir dalam mengurangi resiko terjadinya downtime produksi adalah dengan berinvestasi dalam teknologi dan peralatan yang lebih canggih dan modern. Mesin yang menggunakan teknologi modern tentunya memiliki kelebihan dibandingkan mesin kuno. Selain itu, mesin yang sudah tua juga memiliki resiko kerusakan yang lebih besar dibandingkan mesin baru. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyisihkan pendapatan untuk mempersiapkan dana investasi teknologi dan mesin produksi.


Dengan menerapkan strategi atau solusi yang dipaparkan di atas, perusahaan dapat mengurangi resiko terjadinya downtime produksi. Dengan begitu, produktivitas perusahaan akan tetap efektif dan tidak terganggu. Selain itu, perusahaan juga bisa lebih sigap dalam menangani kerusakan atau masalah produksi, sehingga durasi downtime tidak terlalu lama atau berlarut-larut.


Bagikan Artikel

Artikel Lainnya