5 Januari 2023

Peran Guru dalam Mengembangkan Karakter Peserta Didik melalui Proses Pembelajaran yang Kreatif, Inovatif, dan Berintegritas berbasis Digital

Dalam rangka HUT PGRI ke 77, Acer bekerja sama dengan Indosat Ooredoo, Minilemon dan PGRI melaksanakan sebuah Seminar Hybrid dengan mengangkat tema "Peran Guru dalam Mengembangkan Karakter Peserta Didik melalui Proses Pembelajaran yang Kreatif, Inovatif, dan Berintegritas berbasis Digital : Sekolah Digital Kebutuhan atau Sekedar Tren" dengan tujuan antara lain menginspirasi guru untuk menjadi teladan bagi peserta didik dalam upaya pendidikan karakter, guru mengetahui tantangan bagi peserta didik di masa yang akan datang serta menginspirasi guru dengan ide-ide langkah praktis penerapan pendidikan karakter yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan sekolah masing-masing.

Seminar dibuka dengan pembahasan mengenai “Pengembangan Karakter Anak Bangsa Di Era Digital” Oleh Heny Tri Purnaningsih selaku VP Head of Direct Sales & Retail Indosat Ooredoo Hutchison. Menurut Survei IDC yang diterbitkan tahun 2021, tingkat kesopanan Netizen Indonesia ada di urutan Ke-29 dari 32 Negara/Kawasan partisipan survei, dan skor poin kesopanan Indonesia adalah 76 dari 100 Point, dimana angka yang semakin besar maka semakin buruk pula tingkat kesopanan. 

Untuk itu Indonesia perlu mempersiapkan Gen Z yang berkarakter di era digital karena apapun yang dilakukan di dunia digital pasti meninggalkan jejak digital. Jejak digital ini sangat penting karena sebuah penelitian menyebutkan jika perekrut kerap melihat jejak digital untuk menilai seseorang. CareerBuilder misalnya, menggelar survei pada 2.303 orang profesional yang bertugas mencari sumber daya manusia: Hasilnya?

  • 65% perekrut menggunakan media sosial untuk melihat apakah calon pekerja menampilkan dirinya sebagai seorang yang profesional.
  • 51% dari mereka ingin mengetahui apakah kandidatnya sesuai dengan budaya perusahaan.
  • 15% ingin mengetahui kualifikasi diri seseorang.

Untuk itu, generasi sekarang harus berhati-hati dalam meninggalkan jejak digital dengan berkarakter baik di sosial media, menerapkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Nilai-nilai Pancasila juga bisa diterapkan di ruang digital, diantaranya:

  1. Sila Pertama: Nilai utamanya adalah cinta kasih, saling menghormati perbedaan kepercayaan di ruang digital.
  2. Sila Kedua: Nilai utamanya adalah kesetaraan, memperlakukan orang lain dengan adil dan manusiawi di ruang digital.
  3. Sila Ketiga: Nilai utamanya adalah harmoni, mengutamakan kepentingan indonesia di atas kepentingan pribadi atau golongan di ruang digital.
  4. Sila Keempat: Nilai utamanya adalah demokratis. Memberi kesempatan setiap orang untuk bebas berekspresi, dan berpendapat di ruang digital.
  5. Sila Kelima: Nilai utamanya adalah gotong royong. Bersama sama membangun ruang digital yang aman dan etis bagi setiap pengguna.

Berangkat dari nilai-nilai Pancasila, berikut adalah beberapa cara mempersiapkan gen z yang berkarakter di era digital:

  1. Beri Teladan
  2. Beri Apresiasi/penghargaan
  3. Menyisipkan pesan moral di kelas
  4. Jujur & Open Minded
  5. Mengajarkan sopan santun
  6. Menanamkan Leadership
  7. Menceritakan pengalaman inspiratif
  8. Melalui kegiatan Literasi

Materi kedua disampaikan oleh Bapak Didit Haryanto selaku Business Manager dari Acer for Education dengan tema “Pembentukan Karakter di Era Pendidikan Digital” yang membahas mengenai karakter apa saja yang perlu dikembangkan di era pendidikan digital.

Beberapa Bapak dan Ibu guru mungkin bertanya-tanya tentang apa hubungan Acer sebagai perusahaan IT dengan pendidikan apalagi dengan pendidikan karakter. Jawabannya adalah tentu ada, karena Acer tidak hanya berkutat di industri IT tapi Acer juga melakukan terobosan dan transformasi di pendidikan.

Pembahasan lalu berlanjut dengan pertanyaan apa hal yang paling menakutkan dalam hidup ini? Jawabannya adalah perubahan. Dengan adanya perubahan, lantas apakah kita akan diam atau ikut dalam perubahan tersebut.

Di era digital seperti saat ini, sudah kita rasakan perubahan yang berarti diantaranya membuat segalanya menjadi lebih mudah dan juga bisa lebih murah karena semua hal bisa dilakukan dengan bantuan teknologi canggih serta akses internet yang dapat digunakan dimanapun dan kapanpun, termasuk pendidikan di era digital.

Pendidikan di era digital adalah pendidikan yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam seluruh mata pelajaran. Dengan berkembangnya pendidikan di era digital maka memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan yang berlimpah serta cepat dan mudah.

Lalu bagaimana pendidikan di era digital dapat membentuk karakter? Beberapa karakter yang bisa dikembangkan saat era pendidikan digital diantaranya sinergi, kerja sama dan rasa ingin tahu, disiplin, teratur, kreatif, mandiri dan transparansi. 

Untuk mengembangkan karakter di era digital, Bapak dan Ibu guru salah satunya bisa memanfaatkan platform Jelajah Ilmu dari Acer yang mendukung pendidikan karakter melalui e-learning. E-learning dapat membantu guru dalam memantau keaktifan siswa dengan penugasan, forum diskusi maupun aktivitas lain, dapat melatih kemandirian  siswa  dalam  teknis  dan  pengalaman  menggunakannya, sehingga karakter siswa dapat dideskripsikan melalui e-learning.  

Pembahasan ketiga disampaikan oleh Bapak Reno Halsamer selaku Founder Minilemon Animation dengan tema “Membangun Karakter Anak Melalui Animasi”. Minilemon adalah perusahaan yang berdomisili di Surabaya, Indonesia yang berorientasi pada pendidikan karakter anak dan nilai-nilai kebaikan melalui berbagai program pendidikan berbasis media teknologi dan seminar offline maupun online. Beragam program dikerjakan PT. Minilemon untuk terus melakukan pendekatan terhadap pendidikan anak, mulai dari acara panggung boneka, lomba, kabaret, E-comic dan berbagai macam program lain dalam membawa nilai Good Character.

Berangkat dari permasalahan yaitu sangat minimnya hiburan informasi terhadap anak yang di produksi oleh bangsa Indonesia sendiri secara edukatif dan inspiratif dengan cerita yang fun, ceria dan mendidik sekaligus dapat menanamkan karakter yang baik dan santun kepada anak, Minilemon hadir melalui animasi edukatif.

Animasi tersebut diharapkan dapat memberi manfaat positif bagi anak-anak Indonesia dalam belajar sejarah, budaya, hormat kepada orangtua, gotong royong, menghargai perbedaan, cinta bangsa dan penyelamatan lingkungan hidup.

Pembahasan keempat disampaikan oleh Bapak Adri Suyanto seorang Inspirator dengan tema “Peran Guru dalam Mengembangkan Karakter Peserta Didik”. Ada banyak cara untuk membentuk karakter anak, namun sebagai guru dan juga orang tua, kita memiliki keterbatasan waktu dalam membentuk karakter anak dikarenakan kita tidak bisa terus bersama anak selama 24 jam penuh.

Namun ada satu cara istimewa yang bisa Bapak dan Ibu guru lakukan, yaitu menyentuh bagian Pre Frontal Cortex (PFC) yang terletak di bagian ubun-ubun kepala anak. Fungsi PFC ini adalah membedakan mana yang baik dan yang buruk. Jika anak disentuh bagian PFC ini, anak akan bisa mengawal dirinya bertahan pada kebaikan. Lalu bagaimana cara menyentuh PFC? Diantaranya:

  1. Memberi Kesempatan Untuk Menyampaikan Pendapat

Kecenderungan guru dan orang tua adalah selalu menjawab pertanyaan anak. Setiap anak bertanya, kita akan selalu menjawab pertanyaan tersebut. Daripada melakukan hal itu, lebih baik jika kita memberi kesempatan anak untuk menyampaikan pendapatnya. Misal saat anak bertanya “Apakah gurita itu bertelur?”, alih-alih menjawab “Gurita itu bertelur”, lebih baik kita bertanya balik untuk memancing pendapat anak seperti “Iya, ya, gurita menurut kamu bertelur atau beranak?” 

  1. Beri Alasan Logis

Setiap aturan yang diberikan, pastikan selalu ada alasan logis dibaliknya misalnya aturan mengapa ke sekolah harus pakai sepatu hitam, alasannya adalah agar tidak terjadi saling iri antara siswa satu sama lain. Dengan memberikan alasan logis, anak akan tidak bertanya-tanya dan tidak melanggar peraturan karena ada alasan logis di belakangnya. 

  1. Ubah Gaya Komunikasi

Dengan mengubah gaya komunikasi, anak bisa memberikan pendapatnya sendiri dan alasan logisnya bisa muncul dengan cara bertanya. Hindari juga untuk memarahi anak karena beberapa anak cenderung ‘adiktif’ terhadap kemarahan, sehingga akan terus menerus berulah agar dimarahi. 

Itulah beberapa materi yang disampaikan oleh narasumber terkait cara membentuk karakter anak. Mulai dari menggunakan nilai-nilai Pancasila, menggunakan e-learning, menggunakan media animasi yang edukatif dan menyenangkan hingga melalui Pre Frontal Cortex (PFC). Cara tersebut bisa Bapak dan Ibu guru terapkan dalam pembelajaran dan bersama kita membentuk generasi dengan karakter yang baik di masa depan. 

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya