9 Maret 2021
Peran Perpustakaan Digital untuk Pendidikan Modern
Perpustakaan digital atau digital library menjadi bentuk perubahan di era revolusi teknologi. Kini, semua tata kelola kehidupan didorong menjadi bentuk digital, salah satunya adalah bidang kearsipan seperti perpustakaan yang juga mempengaruhi lembaga pendidikan, terutama cara baru murid dan guru dalam mencari informasi.
Selaras dengan misi Pendidikan 4.0, perpustakaan digital jadi pendekatan baru dalam adaptasi kelas tanpa batas ruang. Hal ini juga didorong dengan keadaan pandemi COVID-19, ketika institusi pendidikan menerapkan sekolah online, bisa mempertimbangkan manfaat perpustakaan digital sebagai alat pembelajaran campuran.
Perpustakaan digital memiliki banyak peran dalam sistem pendidikan. Mari simak penjelasannya di bawah ini.
Apa Itu Perpustakaan Digital?
Perpustakaan digital adalah perwujudan teknologi informasi sebagai sarana mendapatkan, menyimpan, dan menyebarkan informasi ilmu pengetahuan dalam bentuk digital. Berbeda dengan perpustakaan konvensional, perpustakaan digital berkesan lebih modern dan maju.
Dalam perpustakaan digital, wujud dan bentuknya bukan berupa buku konvensional melainkan berupa buku digital atau ebook dalam suatu website, aplikasi, dan fasilitas hardware milik perpustakaan. Menariknya, bukan hanya ebook berbentuk teks, tapi juga ada yang dilengkapi dengan audio book, di mana Anda bisa mengetahui isi buku dalam bentuk suara.
Buku-buku tersebut bisa diakses dan dibaca secara digital melalui jaringan internet. Jadi, orang yang ingin mengakses buku tidak perlu datang langsung ke gedung atau bangunan perpustakaan.
Tujuan pendirian perpustakaan digital tetap sama, yakni menyediakan koleksi buku, majalah, jurnal hingga berbagai jenis bacaan lainnya untuk menyebarkan ilmu pengetahuan bagi masyarakat khususnya kaum pelajar dan akademisi.
Baca juga: Pendidikan 4.0, Apa Itu dan Bagaimana Mempersiapkannya?
Manfaat Perpustakaan Digital untuk Murid dan Guru
Sekolah yang memiliki perpustakaan digital memungkinkan murid beradaptasi dengan pencarian buku secara cepat dan tepat. Jika di perpustakaan konvensional mengharuskan datang langsung dan mencari di rak buku, di perpustakaan digital hanya dengan bantuan mesin pencari. Dengan menelusuri berdasarkan kata kunci, genre, atau nama penulis, murid bisa menemukan berbagai karya lengkap selain buku, seperti esai atau data penelitian.
Bagi guru, kemudahan mengakses buku secara digital dapat meningkatkan mutu pengajaran. Sering kali guru membutuhkan referensi pustaka yang sudah lawas. Melalui perpustakaan digital, tidak ada lagi kesulitan untuk mencari sumber pustaka yang mutakhir.
Mengingat tak terbatas ruang dan waktu, perpustakaan digital bisa diakses di mana saja dan kapan saja. Adanya koleksi digital berbentuk multimedia, murid atau guru bisa mengakses semua buku, tidak perlu menunggu orang lain selesai membaca atau mengembalikannya seperti sistem perpustakaan konvensional.
Namun, ada beberapa hal yang harus jadi perhatian dalam sistem penerapannya. Mengingat perpustakaan digital tidak selalu dilengkapi dengan pustakawan, di sanalah guru harus turun tangan. Murid perlu diberi pengarahan cara mengakses buku digital dengan mesin pencari sesuai dengan aturan yang berlaku.
Bagi sekolah, penerapan perpustakaan digital akan menghemat ruangan, karena koleksinya berbentuk digital, penyimpanannya akan efisien. Jumlah koleksi ebook sebanyak 10.000–12.000 judul dengan jumlah halaman buku rata-rata 500–1.000 halaman, tidak perlu ruang fisik yang besar, melainkan hanya butuh resource server yang mumpuni.
Koleksi buku digital juga mengurangi risiko kehilangan atau kerusakan properti sekolah. Terutama saat masa pandemi COVID-19, bisa mencegah bahaya penularan penyakit dengan berinteraksi satu sama lain atau dengan barang bersama.
Perpustakaan Digital di Indonesia
Gagasan pembuatan perpustakaan digital pertama kali oleh Vannevar Bush pada 1945, melalui tulisannya yang berjudul “As We May Think” untuk sebuah majalah. Kemudian, J.C.R Licklider melalui tulisannya “Libraries of the Future” pada 1965, menuliskan bahwa 30 tahun yang akan datang kondisi perpustakaan akan berubah dengan adanya teknologi komputer.
Prediksi Licklider pun tepat, yakni teknologi komputer mulai berkembang pada 1980. Kemudian, 10 tahun mendatang, yaitu era 1990-an, lahirlah perpustakaan digital. Otomasi perpustakaan jadi lebih modern dan mulai dikenal oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia meski hanya bisa dimiliki oleh instansi besar.
Pada Juni 2001, jaringan perpustakaan digital pertama di Indonesia yang diprakarsai oleh Knowledge Management Research Group (KMRG) Institut Teknologi Bandung (ITB) mulai beroperasi. Bernama Indonesia DLN (Digital Library Network), jaringan pustaka digital ini bertujuan mempermudah kalangan akademik dan masyarakat umum untuk mengakses hasil penelitian, tugas akhir mahasiswa, tesis, dan disertasi.
Kini, lembaga Perpustakaan Nasional Indonesia mengembangkan perpustakaan dalam bentuk digital. Berbagai koleksi bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat melalui teknologi internet dalam situs Perpusnas Semua koleksinya diakses gratis. Tentu saja sebelumnya harus mendaftarkan diri untuk menjadi anggota.
Keberadaan perpustakaan digital tersebut membantu akademisi yang ingin mendapatkan referensi pengetahuan, seperti jurnal-jurnal ilmiah. Selain itu, banyak pula koleksi buku umum bagi semua kalangan yang ingin belajar tentang berbagai macam ilmu dan pengetahuan.
Selain milik negara, ada lagi situs perpustakaan digital lainnya yang tidak kalah lengkap untuk dikunjungi, yaitu Indonesian Publication Index. Selain itu hampir semua perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia sudah memiliki perpustakaan digital sendiri. Bahkan, kini juga banyak sekolah-sekolah yang telah menerapkan sistem digital pada perpustakaannya.
Baca juga: Bagaimana Guru Mempersiapkan Diri Mengikuti Pelatihan OnlinePerpustakaan digital sebagai alat pembelajaran terpadu memiliki beragam manfaat. Penyediaan sumber pustaka online ini juga membebaskan murid mencari sumber pustaka dengan mengaksesnya menggunakan gadget pribadi. Walaupun demikian, guru masih memiliki peran mendasar sebagai pembimbing atau pemandu yang dapat mengajari murid cara membedakan tempat kredibel untuk mencari informasi, menggunakan kata kunci yang efektif untuk mempercepat pencarian, memilih judul yang sesuai dengan tingkat bacaan murid, dan mengutip sumber pustaka dengan benar.